Sebuah Keyakinan Tak Biasa

Foto jepretan Mardiyah Chamim, makasih berat, Mbak.
Kemarin saya berkesempatan satu panggung dengan Jokowi, juga JK. Tahun 2014, saat Pilpres, saya mendukung penuh beliau dengan menjadi relawan. Inisiasi dan pengorganisasian saya lakukan bersama teman-teman khususnya di Purwokerto. Sampai akhirnya, menang. Pada parade kemenangan itu, saya juga ke Jakarta bersama ratusan ribu orang di Bundaran HI.

Tahun itu adalah tahun di mana saya berpolitik. Sebelumnya, saya selalu Golput. Boleh jadi betul bahwa saya adalah salah satu orang yang Gagal Golput Gara-gara Jokowi. Saya merasa beliau memang harus didukung. Beliau orang biasa, pengusaha mebel yang kemudian menjadi Wali Kota Solo, Gubernur Jakarta dan kemudian Presiden. Itu berbeda dengan beberapa Presiden kita sebelumnya. 

Ke-orangbiasa-an beliaulah yang membuat saya penuh tekad mendukungnya. Beliau akan menjadi legacy bagus bagi seluruh anak bangsa di republik ini, bahwa semua orang bisa menjadi Presiden, bila berusaha keras dan berkontribusi nyata. Artinya, saya atau anak cucu saya, seperti banyak orang lainnya, terbukti punya kesempatan untuk itu. 

Mungkin itulah yang membuat gerakan relawan pada tahun itu massif dan meluas. Ada kerinduan untuk menghadirkan orang biasa menjadi pemimpin nasional. Bahkan, dari segi perawakan saja, beliau terlihat biasa. Tidak ganteng gagah rupawan, namun biasa. Malah beliau sering berseloroh, tampang ndeso. Bila kita lihat lingkaran keluarganya pun, sama: orang biasa. Sejauh memimpin di periode ini, anak-anak mereka sama sekali tak ada yang "main proyek" dengan priviledge-nya. Yang ada mereka bertekun diri sebagai wirausahawan muda, yang juga banyak orang bisa melakukannya.

***
Seperti banyak orang, saya punya keinginan ketemu dan menjabat tangannya. Itu lumrah. Seperti banyak orang ingin bertemu dengan artis idolanya. Sampai-sampai saya pernah mimpi bertemu dan menjabat tangannya. Dan selama itu, tak pernah terjadi. 

Namun entah saya selalu memiliki keyakinan bahwa one day saya pasti bertemu langsung dengan beliau dengan cara yang pantas dan penuh hormat. Bisa saja sebenarnya saya mendatangi berbagai kegiatan beliau dan meringsek untuk bertemu. Misalnya, Jokowi saat itu dua kali ke Purwokerto dalam kegiatan publik berbeda. Namun itu tak saya lakukan. Bukan seperti itu yang saya mau.

Dan ... keyakinan itu menjadi kenyataan. Hari Jumat, 13 Desember 2018, saya diundang untuk menghadiri launching buku Jokowi Menuju Cahaya. Mardiyah Chamim, Direktur Tempo Institute, yang saya kenal sejak tahun 2009 pada pagelaran Kompetisi Esai dan Kemah Menjadi Indonesia, yang mengabari saya. 







Dalam pesan Whatsapp-nya saya dikabari menjadi salah satu dari 15 anak muda berprestasi yang menerima penghargaan untuk diberikan buku Jokowi Menuju Cahaya oleh beliau. Tentu saya sangat exited. Inilah momen dari keyakinan yang selalu mengendap di benak saya. Boleh jadi ini seperti Law of Attraction-nya Rhonda Birne atau keajaiban yang dilukiskan Paulo Coelho dalam the Alchemist atau pernyataan magic-nya Goethe. Yang inti semuanya adalah bila kita memikirkan dan meyakini sesuatu, alam semesta akan bekerja untuk mewujudkannya.


***
Kegiatan dimulai selepas Jokowi dan JK masuk ruangan. Saya berada di barisan paling depan bersama penerima penghargaan lainnya. Semua baru saya kenal seperti: Yorris Sebastian, yang namanya tidak asing bagi saya. Ternyata adalah Penulis buku Generasi Langgas, bahkan sebelum riset Alvara tentang generasi milenial itu booming. Lalu ada Jonathan Cristie, yang semua orang mengenalnya berkat prestasinya menyabet medali di cabor bulu tangkis kemarin.

Di samping saya persis ada Julia Estelle, artis muda yang humble, hangat dan penuh karya. Lalu ada Addie MS, yang sangat kalem. Grace Tahir, CEO Rumah Sakit Mayapada, Iim Fathima, yang inisiasi gerakan #womenridesafe. Dan nama-nama lain yang tak sempat saya berkenalan satu persatu. Saya merasa bahagia bersama mereka sebagai salah satu dari ribuan anak muda yang berkontribusi bagi negeri ini. Tentu saja, saya berada di grass root tepatnya di gerakan koperasi Indonesia.   

Dato Sri Prof. Dr. Tahir, CEO Mayapada Group, memberikan keynote speech di awal kegiatan. Ada tiga hal yang ia soroti: pertama soal rekam jejak Jokowi yang tetap konsisten sejak zaman Wali Kota Solo sampai menjadi Presiden. Kedua, integritas yang dibangun dengan kerja keras dan kejujuran. Dan ketiga adalah keluarganya yang tetap sederhana. Menurutnya, kualifikasi  "menuju cahaya" sudah pantas disandang orang nomor satu di republik ini. 

Di sesi pembuka, buku itu mengisahkan soal masa kecil Jokowi. Lalu beliau mengisahkan dengan suara agak terbata, bagaimana hidup di pinggir kali dan pernah rasakan berapa kali digusur di masa itu. Lalu di sesi lain, suaranya lebih berenergi ketika sampaikan visi soal membangun Indonesia. "Proses membangun itu tak melulu manis. Ada pahitnya. Namun hal itu memang harus dilakukan. Kalau semua orang harus senang, kasih saja subsidi, BLT, bantuan sosial, tapi itu tidak mendidik rakyat", begitu ujarnya.

***
Karena mendadak, saya tak siapkan dresscode. Saya hadiri kegiatan itu dengan baju sama seperti siangnya saya rapat di daerah Kuningan, Jakarta. Awalnya saya rada cemas karena pakai celana jeans. Siapa tahu Paspampres tak bolehkan. Sampai kemudian, ternyata Jokowi juga kenakan celana jeans. Hanya satu yang Paspampres veto, saya tak boleh kenakan topi pet saat naik ke atas panggung. Mereka tak pernah tahu, di topi itulah pelet saya. Hahaha. Dan di menit-menit itu, saya harus merapikan rambut yang acak-acakan. Hanya dengan jari.

Saat di panggung saya bilang, "Pak boleh selfie kan?" Lalu mulailah kita memacak diri dan diswa-fotokan oleh Mbak Grace Tahir. []

Liputan Kegiatan:
Dokumentasi Kementerian Sekretaris Negara https://www.youtube.com/watch?v=ZuzGiPBtFQk
Liputan Indosiar https://www.youtube.com/watch?v=xLGycFLjuSY&feature=youtu.be
https://breakingnews.co.id/read/jokowi-hadiri-peluncuran-buku-didampingi-wapres-jk
https://katadata.co.id/berita/2018/12/14/peluncuran-menuju-cahaya-sederhananya-jokowi-dan-dukungan-tahir
https://www.merdeka.com/peristiwa/penulis-buku-jokowi-menuju-cahaya-pembangunan-tidak-selalu-manis.html


Share on Google Plus

About Firdaus Putra

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 comments :

Marfa Umi mengatakan...

One day I'll meet him too :3