Pelatihan Khotib Cerdas


Oleh: Firdaus Putra A.

Khotbah Jum’at merupakan salah satu dari enam syarat sahnya shalat Jum’at. Jadi adalah niscaya di manapun dan apapun alirannya, khotbah selalu ada pada setiap pelaksanaan shalat Jum’at. Selain sebagai syarat sahnya shalat Jum’at, khotbah perlu kita baca juga dalam kerangka proses pendidikan kepada umat. Peran pentingnya menurut saya pada poin yang kedua.

Mengaitkan khotbah dengan proses pendidikan umat kita harus tahu sampai sejauh mana content atau isi khotbah yang disampaikan oleh khotib. Jika kita pernah mencoba melaksanakan slahat Jum’at di tempat yang berbeda, kita akan tahu isi khotbah kebanyakan masjid. Satu dengan masjid yang lainnya tidak berbeda jauh. Hanya mengangkat topik masalah ibadah mahdloh atau seputar agama (dalam makna vertikalnya). Sedikit masjid (baca: khotib) yang menyampaikan khotbah seputar masalah sosial kemasyarakatan.

Kesamaan masing-masing khotib dalam mengangkat isu atau tema pada setiap khotbahnya sebenarnya dapat kita lihat dari referensi yang mereka baca. Banyak di antara mereka yang hanya membaca buku Kumpulan Khotbah Jum’at yang dijual murah dan bebas di pasaran. Tidak bermaksud merendahkan isi buku tersebut, tetapi hampir keseluruhan tema, apalagi biasanya disesuaikan dengan kalender peringatan hari besar Islam, menunjuk masalah ibadah ritual belaka. Bagi khotib yang ingin cepat, maka mereka tidak perlu bersusah payah untuk melakukan olah pikir, refleksi sampai kontemplasi. Mereka cukup membuka buku tersebut, dan menentukan judul mana yang dirasa tepat untuk disampaikan kepada umat.

Dari segi persiapan, kita sudah bisa melihat bahwa khotbah Jum’at tidak berangkat dari sebuah cara pandang tertentu dalam melihat gejala sosial dan masalah kemasyarakatan. Para khotib—maaf—berangkat dari nalar imitatif. Mereka hanya menyampaikan sejauh apa yang ada di dalam buku pegangan yang mereka punya. Sebenarnya hal ini juga kita maklumi, karena kalau mau jujur, kapasitas khotib, apalagi di desa-desa, masih cukup kurang dalam penguasaan ilmu agama, sejarah agama, filsafat agama dan seterusnya.

Untuk itu agar khotbah Jum’at tidak hanya sebagai ‘pelengkap’ mendirikan shalat Jum’at, kita perlu mengupayakan sebuah pelatihan bagi para khotib agar mereka cerdas, responsif, dan sensitif dalam membaca gejala dan masalah sosial. Khotib merupakan sentrum di mana umat akan mengikuti apa-apa yang dia sampaikan. Jika khotib hanya melakukan imitasi dan repetisi pada setiap khotbahnya, maka jangan heran kalau umat masih jauh tertinggal dan terbelakang.

Posisi dan peran khotib dapat kita tarik ke tanggungjawab sosial mereka. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pemenuhan ritual sholat Jum’at, melainkan sebagai agen perubahan sosial yang sangat strategis. Jika hal ini terjadi, maka khotbah Jum’at akan menjadi media yang massif dalam rangka mendidik umat. Bukan media ‘pembodohan’ yang hanya menjual janji-janji agama tentang pahala dan surga-Nya. Atau sekedar mengupayakan agar umat Islam rajin dan tekun dalam beribadah (mahdloh) dan akhirnya menafikan tanggungjawab sosialnya.

Kemudian dalam pelatihan ini kita harus memformulasikan terlebih dahulu permasalahan umat kontemporer. Masalah pendidikan, kemiskinan, hak-hak sipil mereka sebagai warga negara dan sebagainya. Khotbah secara sederhana harus bisa ditarik ke bumi realitas di mana umat hidup. Perlu dikurangi porsi masalah ibadah (mahdloh), mengingat proses ini sudah banyak terjadi dalam banyak kesempatan, seperti majlis ta’lim, pengajian ibu-ibu, madrasah sore untuk putra-putri dan seterusnya.

Pelatihan khotib cerdas merupakan proses pendidikan bagi para tokoh agama agar mereka dapat melakukan proses pendidikan dan pemberdayaan umat Islam secara mengakar. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh LSM-LSM, ormas Islam, dan sebagainya yang mampu membaca kecenderungan kemunduran dakwah Islam. Sebaiknya pelatihan semacam ini dapat merekrut sebanyak-banyaknya khotib masjid dan bersifat cuma-cuma.

Di dalamnya disampaikan bagaimana cara memilih isu atau wacana yang perlu disikapi oleh para agamawan. Perlu juga diperkenalkan model Focus Group Discussion (FGD), agar selepas pelatihan, mereka dapat melaksanakannya dengan para khotib atau umat yang lain dalam rangka memformulasikan tema untuk khotbah kedepannya. Sebagai permulaan perlu juga diberikan kepada mereka buku pegangan yang isinya jauh dari buku kumpulan khotbah yang dijual murah di pasaran.

Dalam pelatihan ini, yang terpenting dan mendasar bukanlah sebuah keterampilan dalam menentukan tema yang kontekstual, melainkan keberpihakan mereka terhadap praksis kemanusiaan oleh agama. Jadi di awal pelatihan harus dilaksanakan proses evaluasi yang mendalam dan diikuti dengan refleksi terhadap masalah keislaman dan kemasyarakatan. Proses ini akan menjadi proses rekonstruksi cara pandang yang bisa jadi sangat alot dan dinamis.

Terakhir, para pembicara dalam pelatihan diusahakan agar multi disiplin. Hal ini agar bisa membekali khotib dengan berbagai sudut pandang dan tidak gegabah dalam menganalisis suatu masalah sosial. Bukan suatu tabu jika mengumpulkan mereka bersama pemerhati sosial, budayawan, pakar pendidikan, praktisi pendidikan, ahli hukum, peneliti dan semacamnya.

Dan yang harus ditekankan bahwa pelatihan ini bukan dalam rangka ‘memberikan baju’ yang lain terhadap khotib, melainkan menyentil agar khotib memiliki cara pandang yang dalam terhadap masalah keislaman dan kemasyarakatan. Untuk itu, perlu ada kelanjutan berupa refleksi bersama para khotib untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi. Proses semacam ini mensyaratkan dukungan yang besar dari banyak pihak. Mengigat proses ini merupakan dakwah Islam yang sistematis dan kolektif. Bukan sebuah dakwah yang ‘ala kadarnya’ dan sporadis. Jika hal ini terjadi, tidak menutup kemungkinan seorang khotib berkhotbah layaknya Ayatullah Khomeini dalam sebuah mimbar Jum’at di Iran. Semoga! []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :