Writing by Facebooking

Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.

MENULIS status fesbuk adalah aktivitas yang ringan. Sadar atau tidak, ketika menulis status seseorang sedang melakukan dua aktivitas; berpikir dan menuliskannya. Berpikir dalam arti bagaimana ide itu digali yang biasanya “mencoba tampil beda”. Menuliskannya dalam arti secara teknis menyusun kata sampai meramu tanda baca dan pilihan kata yang tepat. Makanya tak sedikit fesbuker perlu waktu lama untuk sekedar “menulis status”.

ERA fesbuk memberikan ruang kreativitas bagi saban orang. Perlombaan “tampil beda” terjadi. Dalam makna positif adalah bagaimana saban orang mencoba menawarkan ide-ide yang unik. Seringkali kita baca ada status yang begitu menggelitik. Dan jika kita jujur, “Iya ya, kok bisa dia berpikir seperti itu?” Beberapa orang bisa memikirkan ide yang tak pernah kita pikirkan. Inilah cikal-bakal penulis yang dijamin tak akan pernah kehabisan ide.

NAMUN, apakah hal seperti itu sebuah bakat? Atau justru bertumpu pada minat yang besar? Bakat dalam arti sesuatu yang terberi. Minat artinya proses itu bisa dipelajari, dilatih dan diupayakan dengan satu syarat, tekun. Saya lebih sepakat yang terakhir. Bahwa itu adalah proses kreatif yang bisa diupayakan!

UMUMNYA orang menerima segala sesuatu dengan cara biasa. Sedangkan penulis, menerima suatu hal dengan jeda. Penulis memberikan ruang untuk tanya. Ada rasa ragu, curiga atau bahkan heran pada apa-apa yang ia cerap. Orang yang menerima dengan cara biasa atau taken for granted, sama dengan tidak jeli. Peristiwa hanya melintas begitu saja. Sebaliknya, seorang penulis harus mencerap suatu peristiwa, kejadian, berita dan seterusnya dengan rasa penasaran yang tinggi. Di sanalah ia akan memperoleh ide “yang beda” dengan kebanyakan orang.

LALU bagaimana caranya? Jadilah atau anggaplah diri sebagai komentator ulung. Berilah komentar pada berbagai hal. Awal mulanya komentar itu bisa jadi sangat kasar atau ngasal. Ini hanya soal ketekunan dalam proses. Lambat laun, dengan semakin banyaknya stock of knowledge komentar akan semakin ngena, argumentatif dan substansial.

ITU saja belum cukup! Komentar yang ada perlu ditulis dalam sebuah laman office atau kertas putih. Tanpa sadar, sebuah tulisan dengan ribuan kata tersusun tentang misalnya, “Krisis Nuklir Jepang”, “Bom Buku” dan sebagainya. Atau bisa juga mengomentari pengalaman keseharian kita. Lihat saja ada banyak hal yang bisa ditulis tentang kehidupan mahasiswa atau anak kos. Sebutlah, “Anak Kos yang Jorok”, “Mahasiswa Nongkrong”, “Anak Kos Autis Ngegame” dan seterusnya.

SAMPAI titiknya, kita akan sadar bahwa ide itu tak terbatas. Ide sebanyak rentetan peristiwa dari bangun hingga tidur lagi. Ide yang sedemikian banyak bisa berasal dari; hasil nggosip dengan teman, sandek (pesan pendek) teman/ pacar, buku yang dibaca, koran, situs, status fesbuk orang, film, lagu, perjalanan, imajinasi dan seterusnya.

IDE adalah pangkal dari tulisan. Sedangkan menulis adalah bagaimana mengeksplorasi sebuah ide. Titik eksplorasi ini seperti; mencari hubungan sebab-akibat, korelasi dengan faktor/ variabel lain, mencari sudut pandang/ angle lain dan sebagainya. Pun boleh saja sekedar deskriptif yang kaya akan detail, misalnya dalam sebuah catatan perjalanan.

TULISAN yang baik adalah ketika pesan tersampaikan dan enak dibaca. Pesan akan sampai jika ditulis dengan runtut. Sebuah tulisan pada dasarnya mempunyai bagian; pengantar, isi dan penutup. Meskipun bagian-bagian itu biasanya tidak akan disebut secara eksplisit. Pengantar adalah bagaimana membuka tulisan dengan mengesankan. Efek yang dicari adalah “kesan pertama begitu menggoda”. Isi merupakan elaborasi ide yang disuguhkan. Sedangkan penutup merupakan proses mengikat makna di ujung tulisan dengan simpulan tertentu.

UNTUK tulisan enak dibaca, biasanya penulis akan menggunakan gaya bahasa bertutur. Bertutur artinya bercerita/ berkisah. Konkretnya, andaikan saja kita sedang menceritakan gagasan itu kepada orang lain. Bedanya, bukan suara per oral, melainkan huruf-huruf di atas kertas. Gaya penulisan seperti ini akan membuat efek “mengalir sampai jauh”. Bisa jadi suatu ide bagus, namun jika tak enak dibaca, besar kemungkinan ditinggal orang. Agar enak dibaca, editlah berulang kali sebelum dipublikasikan. Enak adalah domain rasa, sehingga editlah beberapa kali sampai benar-benar sreg. Penulis papan atas dengan rendah hati bisa mengedit tulisannya lebih dari delapan kali sebelum dibaca orang.

HAL yang paling sulit bagi penulis pemula adalah tekun. Tekun dalam arti selalu mencoba meski awal mulanya susah. Susah adalah soal kebiasaan. Awal mulanya semua hal susah bagi kita. Berjalan kaki awalnya susah. Naik sepeda berkali-kali jatuh dan seterusnya. Tidak ada penulis yang lahir secara sim salabim tanpa melalui proses yang panjang. Setiap penulis lahir dengan cara sama, berkali-kali mencoba dan berkali-kali gagal. Tapi, mereka tidak pernah menyerah!

AWAL mulanya penulis pemula akan merasakan kehabisan ide. Susah merangkai kalimat. Susah menentukan judul. Susah membuka paragraf dan lain sebagainya. Cara yang paling mudah adalah banyaklah membaca tulisan orang. Saat membaca tulisan orang, ada dua hal yang bisa diserap; perbendaharaan kata/ frasa dan gaya tulisan. Penulis pada awalnya adalah pembaca. Penulis yang kurang membaca adalah sombong!

RASA percaya diri mulai terbangun jika tulisan pertama berhasil tercipta sampai penutup. Sayangnya, beberapa hari kemudian ia baca ulang dan merasa putus asa. Mengapa? Karena ia merasa tulisan yang telah ia kerjakan beberapa jam itu sangat jelek. Ada dua cara untuk menghalau perasaan seperti ini; hayatilah bahwa kecerdasan kita semakin bertambah. Sehingga selang berapa hari kemudian, kita dapat menilai ulang bahwa tulisan itu masing kurang. Cara kedua adalah dengan meminta orang lain untuk membacanya. Mintalah komentarnya.

UNTUK beberapa kasus, ada penulis pemula yang takut setengah mati jika tulisannya dikomentari. Apalagi jika komentar itu sifatnya kritis dan menggoyahkan batu bata argumentasi. Tidak perlu takut, tidak perlu risau! Justru kita harus senang menerima kritik seperti itu. Sekurang-kurangnya kita dituntut untuk kembali melakukan eksperimen-eskperimen sampai tulisan itu laik baca. Juga olah pikir sampai batu bata argumen itu kuat dengan semen yang tepat.

SAAT menulis, gunakan berbagai fasilitas yang ada. Misalnya internet yang menyediakan berbagai hal hanya dengan memainkan keyword yang tepat. Laporan penelitian, teori seseorang, buku referensi dan lain sebagainya. Data-data dalam tulisan ditujukan sebagai pemerkuat pendapat.

TAPI tidak selamanya tulisan memerlukan data (baku). Seorang penulis sangat mungkin mengawalinya hanya dengan refleksi (proses permenungan). Yakni bagaimana ia sebagai individu secara subyektif menghayati suatu hal. Meskipun refleksi subyektif, kadang tulisan itu berdimensi general. Artinya ada banyak orang merasakan atau menghayatinya dengan cara yang sama. Di sinilah kepekaan penulis diuji. Refleksi yang semacam ini tentu tinggi kualitasnya karena sampai pada pengandaian yang intersubyektif.

ERA fesbuk memberi ruang untuk peneguhan diri atau beramai-ramai mencari eksistensi. Di sisi lain adalah ruang untuk saling berbagai. Menulis di era ini adalah bagaimana pada saat yang bersamaan mencari eksistensi dan berbagi khazanah. Bagi orang-orang muda, hal ini merupakan sikap mental yang harus muncul. Ada gairah peneguhan diri, ada ambisi yang kuat. Di waktu yang sama, melatih berbagi atau membagikan buah pikir kepada yang lain.

KAPAN waktunya, mulailah menulis note di fesbuk. Jika sudah, tingkatkan ritmenya agar mood selalu terjaga. Note fesbuk memberi ruang apresiasi yang luas. Fesbuker lain akan suka hati memberi komentar. Bandingkan di zaman blog, dimana setiap blogger harus meninggalkan pesan “Kunjungi blog saya ya” saat blogwalking menjajakan laman mayanya.

UJILAH kemampuan menulis di note itu. Sekurang-kurangnya satu minggu sekali. Jangan menunggu mood, ubahlah kebiasaan seperti itu. Mood pada dasarnya bisa dikondisikan, misalnya melalui membiasakan diri menulis pada waktu/ jam tertentu saban hari. Awal mulanya sekedar menulis dua atau lima paragraf, namun jangan anggap rendah aktivitas itu. Anggaplah itu sebagai investasi dalam rangka mencoba kata atau susunan frasa baru atau sekedar onani gagasan!

NAMANYA adalah “KISS”. Artinya keep it short and simple. Inilah jurus terakhir agar tulisan mudah dipahami dan enak dibaca. Utarakan gagasan itu dengan sederhana dan dengan kalimat yang pendek-pendek. Jika sudah terbiasa, akan muncul rima di setiap kalimat. Tulisan yang demikian, akan membuat pembaca betah seperti mendengarkan musik yang mengalun. Writing by facebooking, selamat mencoba! []

* Perhatikan dan susunlah huruf pertama di setiap paragraf. Telah disajikan dalam pelatihan menulis yang diselenggarakan oleh HMI DIPO Purwokerto pada 21 Maret 2011.
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :