S y u k u r a n


Oleh: Firdaus Putra A.

Syukuran merupakan kata benda (noun) dari kata kerja “syukur” dengan akhiran “an”. Secara eksplisit makna syukuran bisa dipahami dengan mudah, bersyukur. Tindakan yang paling mudah dengan berucap syukur, alhamdulillah atau puji Tuhan. Tentunya ekspresi ini merupakan eskpresi orang yang percaya akan kehadiran Tuhan.

Sebagai kata benda, syukuran merujuk pada sebuah peristiwa atau keadaan dimana rasa syukur dipanjatkan bersama-sama. Seperti di desa, dan kebetulan saya dan Wahyu adalah orang desa, syukuran senantiasa berdimensi sosial. Akhiran “an” nampaknya telah mentransformasi keberterimaan anugerah individu, menjadi keberterimaan secara sosial – kolektif.

Nah, dalam hal demikian kami berdua menggelar syukuran. Bagi saya, syukuran kali ini merupakan proses “money laundry” Rp. 5.000.000 dari situs informasi/ berita Kapan Lagi (www.kapanlagi.com). Aktivitas blogging yang sejak akhir tahun 2007 saya tekuni, secara langsung, ternyata berbuah rupiah. Meski tak pernah saya niatkan, hadiah dari pemasangan banner merupakan rizki, yang bagi saya, datangnya tak terduga/ tak tersangka.

Sedang bagi Wahyu, syukuran kali ini merupakan harapan untuk mengalirnya doa bersama di ulang tanggal kelahiran. 9 Januari 1987 lalu Wahyu dilahirkan di dunia ini. Dan kini, 9 Januari 2009, tepatnya sudah 22 tahun ia senantiasa berproses menjadi (unfinished being) manusia yang utuh. Ia bersyukur, sekurang-kurangnya masih diberi kehidupan oleh Dzat Adi Kodrati itu.

Dalam kearifan Islam atau Jawa, syukuran berbeda dengan perayaan atau sekedar perjamuan biasa. Perayaan hanya mengekspresikan rasa suka atau duka cita. Perayaan senantiasa menyimpan secara laten posisi ahlul hajat dan tamu undangan. Hampir senada dengan itu, perjamuan hanya mengekspresikan rasa berbagi pada sesama. Ia juga menyimpan secara laten siapa penjamu (host) dan siapa yang dijamu.

Dalam syukuran, sekat antara ahlul hajat dan tamu undangan atau antara penjamu (host) dan yang dijamu memudar seturut dengan transendennya makna syukuran. Secara bersama-sama, saya, Wahyu dan hadirin sekalian memanjatkan syukur atas anugerah yang diterima saya, Wahyu, dan/ atau hadirin semuanya pada Sang Pemberi Anugerah. Secara bersama-sama, dalam aktivitas syukuran, kita menyadari akan kedzaifan manusia di hadapan Tuhan.

Dalam konteks seperti itulah, kami berdua memilih kata “syukuran” daripada perayaan, perjamuan, atau pesta pora. Dan semoga syukuran kali ini membawa berkah bagi saya, Wahyu dan hadirin sekalian. Amien.

Pada kesempatan kali ini, tak berlebihan kiranya saya, Wahyu serta hadirin sekalian membaca surat al Fatihah; Pertama, untuk kelancaran hidup saya, wa bil khusus skripsi atau studi saya. Kedua, untuk kelancaran hidup Wahyu, wa bil khusus studi Wahyu. Ketiga, untuk hubungan kami berdua, semoga senantiasa diberkati Tuhan. Keempat, bagi mas Anton, kakak Wahyu, yang sedang rawat inap di RS Bunda karena komplikasi jantung-ginjal, semoga lekas sembuh. Kelima, bagi hadirin dan majlis hari ini, semoga senantiasa dirahmati Tuhan. Amien. []

Note: Syukuran kemarin dilaksanakan di rumah makan lesehan Tantene Pabuaran dihadiri 32 orang teman.
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 comments :

penakayu mengatakan...

Selamat Kawan..

Semoga lebih produktif dengan laptop barumu :-)

salam
Yon's
http://jurnalkomunikasi.com