
Siapa tak kenal Geng Nero yang kondang dua tahun lalu itu? Berita tentang tindakan kekerasan oleh geng cewek SMA di Pati itu menjadi buah bibir di masyarakat kita. Mulailah kelompok-kelompok atau geng-geng anak sekolah dicibir di sana-sini. Berbahaya!
Megamendung, nampaknya mempunyai cerita lain. Epri alias Eri mengatakan “Iya, kami anak geng. Tapi gak seperti Nero”. Epri bersama tiga teman perempuannya adalah siswa dari SMK At-Thohirin jurusan Administrasi Kantor. Seperti ketiga temannya yang lain, Epri berusia 17 tahun. ”Tapi kami belum punya KTP”, kata Elis menyambung.
Di penghujung tahun 2009, Epri, Elis, Eka dan Yuli membentuk geng. ”Lunis, namanya”, seru Yuli dengan berbinar. Secara bersama-sama mereka jawab ”Artinya, Lucu dan Manis”. Geng ini merupakan jalinan pertemanan dekat empat perempuan itu. Dalam geng mereka saling curhat tentang masalah satu sama lain. Sering juga ngerumpi, maen dan nongkrong. Tempat favorit mereka nongkrong adalah Danau Rainbow – Sentul yang bisa diakses cuma-cuma.
Menariknya, selain hepi-hepi dan kelompok belajar, mereka juga mengelola uang kas. Saban hari setiap anggota membayar Rp. 1000 kepada Yuli, selaku Bendahara. ”Uang jajan Rp. 3000, yang seribu buat bayar kas”, kata Eka alias Eca. Kas geng ini biasanya digunakan untuk keperluan kegiatan geng, misal berkemah di Citeko, Pasir Muncang atau G. Lawu. Juga berfungsi sebagai dana sosial bila ada anggota mereka yang sakit. Sampai saat ini dana kas mereka mencapai Rp. 64.000. Jumlah yang tidak terlalu besar, namun sangat berarti untuk siswa seumuran mereka.
19 November yang akan datang geng merayakan ulang tahun pertama. ”Rencananya camping lagi”, ujar Elis selaku ”ketua” geng. Perempuan berlesung pipit ini menceritakan juga bagaimana orang tua, teman dan juga guru di sekolahnya tahu akan keberadaan geng Lunis. Benarlah, kadang mereka memakai atribut sweater ungu berbordir ”Lunis” ke sekolah.
Keakraban di geng itu mulai terbangun dari SD juga di SMP. “Inginnya nanti sampai kami merit mas”, timpal Epri ditirukan yang lain. Keakraban itu menurut mereka terbangun dari lima nilai tak tertulis; saling terbuka, tidak merokok, tidak minum, tidak narkoba dan juga tidak seks bebas. “Berbeda mas dengan geng cewek di sekolah lain, kayak di YMX atau YZX ada yang ngerokok sampai minum”, kata Epri lagi.
Siang itu tak terlalu panas. Pelajaran telah berakhir dan mereka berempat berjalan kaki keluar sekolah. Dengan rada malu mereka mengatakan, ”Dikagumi, Disegani, itu moto kami mas”, seru mereka sambil terkekeh. Narsis mungkin, namun cewek-cewek bergelang rajutan tali warna pink itu telah merubah citra geng sekolah di Indonesia. Geng Lunis, meski ada yang sirik kepadanya, tetap saja berbeda dengan Geng Nero dua tahun yang lalu. []
Note:
Ditulis di Wisma Tempo Sinargalih, reportase saat menunggu teman-teman peserta Camp Tempo Institute, 24-28 Oktober 2010.
1 comments :
menarik sekali artikelnya mas.
Posting Komentar