
Oleh: Firdaus Putra A.
Singkat cerita, HP saya hilang. Lebih tepatnya, dicuri orang. Kejadiannya hari Selasa kemarin (5/08), kurang lebih pukul 11.30 siang. Siapa sangka, ketika saya mandi, barang 15-20 menit, dua orang laki-laki tak dikenal masuk ke kos.
Selepas mandi, saya curiga, kok di atas kasur tidak ada HP. Saya cari di lipatan selimut, bawah bantal, dan samping kasur juga tidak ada. Langsung saya meminjam HP teman kos lain untuk me-mis call. Sayangnya, mereka tidak punya pulsa. Bergegas saya ke wartel. Saya dial nomor 085647788xxx, dan diangkat oleh seseorang. Sempat dua menit saya berbicara dengan lelaki itu. Dan akhirnya, dia putus sambungan.
Sesampai kos, saya tanya ke teman-teman, apakah barusan ada yang mengangkat HP saya? Tidak ada. Saya tambah yakin kalau HP sudah berpindah tangan secara tak legal. Mendengar HP saya dicuri, seorang teman yang sedang tidur-tiduran di kamar langsung keluar dan menawarkan HP-nya untuk memanggil. Kedua kalinya saya dial nomor itu. Diangkat, saya cerca habis-habisan. Saya minta dia untuk mengembalikan dan akan saya ganti dengan uang. Kesekiankalinya dia putus sambungan telp.
Langsung saya tanya ke beberapa tetangga, Pak Narsudi, Pak Reja dan sebagainya. Kata Pak Narsudi ada dua lelaki yang barusan masuk kos lewat pintu samping. Seorang tetangga, Mas Yancu, mengajak saya untuk mengejar orang itu. Dengan berkendara, kami beberapa kali mengelilingi komplek kos-kosan. Ketika melihat dua orang yang mencurigakan, Mas Yancu memanggil nomor itu. Bukan.
Singkat kata, pengejaran atau pencarian tidak berhasil. Dengan HP teman, saya SMS nomor itu. Memohon agar dikembalikan dan menawarkan untuk menggantinya dengan sejumlah uang. SMS tidak direspon. Sore sampai malam hari saya masih berusaha melakukan kontak. Namun gagal, sepertinya HP dinonaktifkan.
Seharian tanpa memegang HP rasanya tersiksa. Beberapa agenda aktivitas saya juga kacau. Padahal, beberapa hari terakhir saya sedang kejar dead line menggarap buletin. Nomor kontak beberapa kontributor dan calon kontributor hilang. Saya bingung.
Saya pikir kerugian material hanya berkisar Rp. 400.000, itu seharga HP baru merk Samsung SGH C-140. Namun, kerugian immaterial berupa lost contact dengan teman-teman dan terlebih jaringan kerja membuat sesak dan mangkel (marah).
Bagi si pencuri, HP sederhana atau murahan itu tentu saja tidak banyak berguna. Nomor-nomor kontak yang ada di buku telp (baik di Sim Card atau di telp) tentu saja tidak ada maknanya. Namun, itu semua sangat bermakna bagi saya. Kehilangan nomor kontak rasanya seperti terisolasi dalam ruang tertentu.
Karena aktivitas yang mendesak, saya menginginkan nomor saya aktif kembali. Konskuensinya, saya harus memblokir nomor yang lama. Besoknya saya pergi ke Galeri Indosat untuk memblokir dan meminta Sim Card baru. Staf Indosat memberi catatan, bahwa saya akan memperoleh nomor baru dan tentunya juga buku telp yang baru.
Selang sehari nomor saya aktif kembali, 085647788xxx. Langsung saya mencari HP pengganti. Di konter, saya melihat HP merk Samsung tipe SGH C-140, seperti punya saya yang dulu. Saya tanya harga baru HP itu. Kata pelayannya, hanya Rp. 360.000, artinya sudah turun. Jadi harga second HP itu bisa jadi hanya sekitar Rp. 150.000 – 200.000. Diperparah tanpa box dan juga tanpa charger. Mungkin lebih kecil dari Rp. 200.000.
Meskipun saat ini nomor saya sudah aktif kembali, tetap saja saya masih kelabakan, sebab buku telp masih kosong. Saya mulai berpikir, mengapa dulu saya tak pernah berinisiatif untuk menyalin nomor-nomor kontak yang ada di buku telp. Jujur, saya tak pernah membayangkan akan kehilangan HP.
Agar lebih menarik, saya ceritakan juga, selasa dini hari sewaktu menonton TV tiba-tiba mata sebelah kanan bagian bawah berkedut (kedutan, bhs. Jawa). Saya tak berpikir macam-macam. Hanya saja, paska kejadian ini, nampaknya kearifan lokal orang Jawa itu benar. Kedutan di mata sebelah kiri biasanya tanda akan memperoleh rizki. Sedangkan sebaliknya, kedutan mata di sebelah kanan merupakan tanda akan datangnya musibah. Kehilangan HP merupakan musibah bagi saya.
Di lain sisi, kearifan Jawa juga sangat menolong saya untuk tetap bisa berkata, “beruntung.” Mengapa? Lantaran si pencuri tidak serta merta mengambil dompet saya atau barang berharga lainnya. Jadi sesial-sialnya kehilangan HP, saya tetap masih beruntung. Kok bisa ya! []
3 comments :
jadi inget waktu keilangan dompet beserta segala isinya,,tapi untungnya tu dompet bisa balik lagi..
btw kalo yang kedutan itu idung, artinya kira-kira apa ya mas?
Oalah........... yang namanya apes kok ya ada aja........
Sama juga dengan aku. Dalam 5 hari mendapat musibah 3 kali, juga di awali dengan mata kedutan sebelah kanan atas. Pertama HP Soner W8810i baru beli 3 minggu hilang, kedua motor mio dipinjam adik sepupu hancur kecelakaan, terakhir tadi pagi ps2 ku juga amblas di gondol maling.
MUANGKEL BUANGET RASANYA!!!
Ati2 kalo mata sebelah kanan kedutan ya...... percaya gak percaya aku juga mengalaminya.
APES!!!
Pertanyaannya, apakah kalau mata keduten sebelah kanan, kita menjadi waspada, terus kejadian buruk tidak terjadi? Jangan2 malah tetap saja terjadi, hanya saja pertanda kita harus siap untuk ikhlas pada apa yang akan terjadi :)
Posting Komentar