
Oleh: Firdaus Putra A.
Menurut data, saban hari ada 13.000 blog baru dibangun di dunia maya. Artinya ada 13.000 orang yang akan mulai nyerocos tentang berbagai hal. Mulai dari kamar tidurnya, rumahnya, pasangan hidupnya, pekerjaannya, hobinya, masyarakatnya, negaranya dan berbagai tetek bengek kehidupan manusia.
Al hasil, ada sekian juta informasi yang lalu lalang, beredar, berputar dan mengelilingi kita setiap saat. Masing-masing blog menawarkan sesuatu yang berbeda. Lebih tepatnya khas individu. Satu orang berlainan gaya, kepedulian, penghayatan dengan yang lain. Dalam dunia maya itulah kita temukan warna-warni dunia yang melebihi perjumpaan di dunia nyata.
Inilah epos tentang revolusi teknologi informasi yang membuat semuanya menjadi mungkin. Memasuki taman bunga penuh warna tanpa harus menjejak kaki ke negara asalnya. Efisiensi dan efektivitas bekerja sebagaimana mestinya. Sedikit uang, sedikit tenaga, namun banyak informasi yang bisa diserap.
Didukung oleh kemurahan, kemudahan dan kemassalan daya akses, blog menjadi berlimpah. Dunia maya menjadi kian ramai. Hiruk-pikuk seperti di mall terjadi. Semua orang sibuk dengan urusannya sendiri. Semua orang sibuk dengan dirinya sendiri. Mejeng, narsis dan eksistensialis. Sampai akhirnya satu dengan lainnya lupa bertegur sapa.
Dalam keberlimpahan dan hiruk-pikuk itu, blog menjadi kian anonim. Berkunjung ke satu, dua, tiga dan seterusnya membuat semuanya bias, kabur, artifisial dan tak terhayati. Keberlimpahan blog menjadikan blog nyaris tak ada. Makna di sana tereduksi sampai batas tertentu.
Sebuah entropi sedang berjalan. Proses dengan konsekuensi yang tak dapat ditolak. Sebuah juggernaut lepas tanpa kendali. Resiko-resiko modernitas terlihat di sana-sini. Semuanya pasti akan datang. Tak dapat ditolak, hanya bisa dihambat.
Termasuk dalam entropi itu pemiskinan makna lahir dari logika popularisasi, massalisasi, dan mekanisasi. Meski demikian menjadi tidak sah untuk melarang blogger membangun blog. Juga aneh membatasi blogger untuk berekspresi. Semuanya tertampung atau harus bisa ditampung. Hasrat harus tersalurkan. Ruang harus terpenuhi. Meski blackhole senantiasa menghisap perlahan-lahan.
Semakin lama pusaran itu semakin besar. Jejaring blogger tumbuh bak cendawan di musim penghujan. Sampai klimaksnya, kosong. Makna menjadi hilang. Atau sekurang-kurangnya tereduksi.
Anti-entropi dibutuhkan guna menghambat hisapan black hole nir-makna. Diam dalam ramai. Sesaat diam untuk memberi space bagi yang lain. Space untuk menyegarkan otak kita yang overload, oversight dan sudah mengalami overhead.
Diam dan kurangi aktivitas. Satu atau semua butuh rehat. Menghapus temporery file berbagai indeks masalah. Sekali tempo kita butuh fungsi hibernate. Untuk menghambat laju entropi, sembari memberi ruang renung bagi kita, mengapa blog kita bangun dan kembangkan? []
Note: Telah dimuat di http://we-press.com
0 comments :
Posting Komentar