Nana yang Lucu


Oleh: Firdaus Putra A.

Nana, saya mengenalnya sebagai seorang perempuan, atau lebih enaknya cewek, yang bekerja di warung makan lesehan beberapa meter dari kos. Awalnya saya sering memanggil dengan sapaan “Mbak”. Ya begitulah sopan santun Jawa untuk menyapa seseorang yang belum terlalu dikenal.

Lama ke lamaan, karena seringnya makan di sana, saya menjadi akrab dan hanya menyapanya dengan “Na atau Nana”. Saya rasa sapaan itu sudah cukup untuk menghormati orang seusia itu. Awalnya saya taksir dia berusia 21 atau bahkan 23. Namun alangkah tak tepat, ternyata si Nana, yang perawakannya bongsor, baru berusia 16 tahun.

Alamak, ternyata selama ini saya bergaul dengan anak SMP. Tidak aneh kalau dia sangat polos dalam bertutur. Juga tidak tanggung-tanggung kalau sedang berteriak. Dan yang jelas, rasa penasaran atau keingintahuannya benar-benar bak balita yang baru mengenal capung yang bisa terbang, air yang bisa muncrat, atau daun yang bergoyang tertiup angin.

Di satu kesempatan, dia pernah menanyakan perihal poligami. Dengan berapi-api, karena saya concern ke masalah tersebut, saya terangkan dia masalah ayat poligami yang sering dijadikan pembenar. Saya kutipkan surat An Nisa berikut penjelasannya. Juga hadist Nabi saat beliau naik ke atas mimbar dan dengan lantang berseru, sampai tiga kali, menolak Ali untuk mempoligami putrinya, Fathimah binti Muhammad. Karena masih penasaran, ia minta tulisan terkait masalah tersebut. Dengan senang hati saya print out-kan beberapa artikel dari sebuah buku.

Setiap kali saya makan, ada saja yang ia bicarakan. Dan tentu saja, dia senang kalau saya mendongeng atau bercerita. Karena terbilang relatif muda, saya berusaha menjelaskan duduk perkara dengan cara sebaik-baiknya. Misal, suatu tempo kami berdiskusi tentang perilaku konsumsi yang sangat dipengaruhi oleh strategi iklan atau pengemasan. Saya katakan, banyak orang lebih tertarik makan ayam di KFC dari pada di sini (warung tempatnya bekerja). Selera ini lahir bukan semata karena ayam tepung di KFC lebih enak atau lebih renyah daripada di sini, melainkan lebih karena motif “naik kelas” saat orang bisa makan di KFC.

Dan yang pasti, saya tidak akan pernah mempunyai seorang teman, seramah dan selucu Nana ketika makan di KFC. Pola hubungan yang dibangun antara pembeli dengan penjual sebatas relasi bisnis. Tidak ada keramahtamahan yang murni. Tidak ada pembicaraan, obrolan, bahkan diskusi yang serius atau nyantai sekalipun. Di sana hanya ada etiket tentang bagaimana melayani pembeli dengan baik dan benar. Keramahtamahan hanya sekedar basa-basi di permukaan. Selebihnya, selepas kita menyantap habis paha goreng itu, semuanya akan berlalu saja, tanpa kesan atau pesan. Selebih-lebihnya hanya sekedar ucapan terima kasih atau selamat menikmati.

Berbeda dengan itu, di warung tempatnya bekerja, saya tidak hanya berhadapan dengan penjual yang ramah. Melainkan saya bertemu dengan teman-teman baru yang menarik. Sebut saja Tini, rekan kerja Nana yang berusia 20 tahun. Berbeda dengan Nana, Tini lebih pendiam. Ia cekatan, gesit menghadapi pembeli. Perawakannya lebih kecil daripada Nana.

Jika saya makan di KFC, mungkin saya tak akan pernah diledek Nana, “Dasar kerempeng!” atau ledekan lainnya. Dan sesekali juga saya tak lupa mengejeknya, “Na, aku baru baca artikel kalau orang gemuk menyumbang angka pemanasan global”, mendengar itu bukannya marah, justru dia penasaran apakah pernyataan itu benar atau tidak. Mungkin bisa benar, mengingat secara teoritis luas permukaan kulit orang gemuk lebih lebar daripada orang kerempeng. Oleh karenanya, pengeluaran karbon dari respirasi kulit dan feses orang gemuk lebih banyak daripada orang kerempeng.

Selain itu, kalau saya makan di KFC, saya tak akan pernah mendengar seorang penjual curhat atau sharing perihal pribadinya. Memang bisa jadi karena satu sama lain tak saling kenal. Namun andaikan saling kenal pun, hal itu tidak akan mungkin terjadi. Karyawan-karyawan di sana sangat terikat aturan dan tidak boleh bersantai di luar waktu istirahat.

Sedangkan di warung itu, acap kali Nana bercerita dan curhat perihal pribadinya. Kadang ceritanya agak sedih, kadang juga lucu dan menggelikan. Apalagi kalau dia sedang curhat masalah cowok atau pacarnya.

Ada kebiasaanya yang saya puji, sembari menunggu pembeli/pelanggan datang, selain ngobrol dengan Tini, biasanya dia membaca koran yang ada di meja. Maklumlah, seusianya rasa penasaran masih sangat besar, ditunjang sel-sel otak yang masih segar dan sehat.

Pernah juga dia berkomentar, “Mas aku kok gak paham mbaca buletin yang kemarin!”, beberapa kali dia membaca buletin Profetika, dua edisi, yang saya titipkan di warung. Saya sangat memaklumi, pasalnya bahasa dan analisis buletin itu cukup “ndakik-ndakik”. Pernah juga, seorang mahasiswi 2007, sebut saja Popy, berkomentar sama, “Om saya bingung mbaca buletin itu. Apa saya yang begok ya.” Jawabannya, baik Nana atau Popy, keduanya sama sekali tidak bodoh. Akan tetapi, keduanya mungkin seperti membaca materi bacaan kelas enam saat mereka duduk di empat. Jadi ada beberapa “materi pengantar” yang belum keduanya lewati sampai akhirnya keduanya tahu hal ihwal yang sedang dibicarakan.

Terlepas dari itu, Nana sebenarnya individu yang aktif bertanya. Selebihnya, ia juga individu yang polos, yang dengan kepolosannya, tak segan-segan menertawakan keanehan, kekonyolan, ketololan sikap saya. Misal, suatu ketika saya hampir salah membuka ponsel miliknya. Kalau tidak salah Nokia 5300. Saya sangka ponsel tipe flip. Eh, ternyata ponsel tipe swip (geser). Sontak dia tertawa terbahak-bahak.

Makan di warung tempatnya bekerja, perut menjadi kenyang dan lebih dari itu otak serta perasaan menjadi lebih fresh. Karena Nana atau Erna, nama aslinya, lebih dari sekedar penjual. Ia adalah seorang teman, teman yang ramah dan juga lucu. []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :