Sekali Lagi Masalah ESQ


Tanggapan untuk Saudara Rizky
Oleh: Firdaus Putra A.

Tulisan ini merupakan tanggapan saya terhadap beberapa komentar Saudara Rizky di Buku Tamu blog saya (www.firdausputra.co.cc) terkait masalah training ESQ. Menurutnya, mahalnya biaya training tersebut selaras dengan berbagai fasilitas serta pengalaman yang di dapat oleh seluruh peserta. Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba menjawabnya secara sistematis.

Pertama, pada tahun 2004 dan 2005, berturut-turut saya menjadi panitia Ospek Fisip Unsoed. Mungkin berbeda dengan kepanitiaan Ospek yang lain, kami menggagas kegiatan yang secara paradigma cukup konsisten. Kami meminjam teori struktur tindakan Peter L. Berger. Kuncinya, ada tiga tahap yang membuat individu sampai melakukan suatu perbuatan atau bertindak. Pertama, internalisasi, yakni proses masuknya nilai, informasi atau pengetahuan. Kedua, obyektifikasi, tahap dimana individu tersebut mengolah, menganalisis, dan mengkritisi nlai, informasi atau pengetahuan yang ia peroleh. Dan terakhir, eksternalisasi, yakni proses dimana individu mewujudkan atau merealisasikan tindakan tersebut.

Dari tiga tahap itu, ada satu proses yang sebenarnya digunakan dalam training ESQ, yakni tahap internalisasi. Saya akan menceritakan bagaimana proses internalisasi dalam kegiatan Ospek di kampus saya. Internalisasi atau refleksi dilakukan pagi hari, biasanya pukul empat lebih tiga puluh menit, tergantung waktu Subuh. Internalisasi ini dilakukan di dalam sebuah gedung Aula yang cukup untuk menampung 300-400 mahasiswa baru (Maba).

Di dalam ruangan itu, Maba diminta tetap dalam posisi berdiri, berjajar satu-satu. Pencahayaan ruangan dibuat temaram, bahkan gelap. Suasana hening. Maba dihimbau tidak berbicara. Saat memasuki momen refleksi, perlahan musik sebagai backsound diputar. Dari tahun ke tahun kami mengambil instrumentalia Kitaro – Jepang sebagai backsound. Mungkin kalau ESQ mengambil alunan Hadad Alwi atau musik Islami lainnya.

Saat itu, saya dan beberapa teman akan menyampaikan sebuah cerita atau narasi yang sangat dekat dengan kehidupan mereka. Misal pada tahun 2004 dan 2005, saya bercerita tentang pengalaman pribadi. Tahun 2003, saat saya pertama kalinya menginjak bangku kuliah, ayah saya yang nota benenya TKI di Madinah, di penjara karena menabrak. Beliau adalah sopir pribadi. Saya ceritakan itu secara mengalir, karena memang pengalaman nyata. Dimana saat masuk kuliah pertama, yang membutuhkan biaya tidak sedikit, ayah sebagai pemasok utama dan tunggal ekonomi keluarga justru terkena musibah.

Saat itu saya bercerita secara jujur tanpa mendramatisasi kisah. Meski panitia menyediakan mikropon, saya justru memilih tidak memanfaatkannya. Saya bercerita langsung dengan suara mulut. Agar 300-400 Maba mendengar, saya berjalan keliling.

Bagaimana respon Maba yang mendengar kisah nyata yang saya sampaikan dengan dilatari oleh instrumentalia Kitaro? Banyak di antara mereka yang menitikkan air mata, menangis, bahkan ada yang histeris. Mereka nampaknya menghayati betul kisah nyata itu dan seakan berada pada posisi saya. Ya, kesedihan serta kemirisan yang tentunya terasa.

Dengan cerita itu saya ingin menyampaikan kepada Anda, kalau sebenarnya ada seting psikologis yang tersusun dari pencahayaan ruang, latar belakang musik, suara mulut saya, serta kisah nyata saya yang membuat Maba sampai pada penghayatan simpatetik atau empatetik. Mungkin responnya akan berbeda kalau kegiatan internalisasi/refleksi itu dilaksanakan siang hari, di luar ruangan yang penuh aktivitas, bising, dan sebagainya. Nah, dalam konteks itulah saya ingin mengatakan kalau training ESQ tidak berbeda jauh dengan apa yang telah saya lakukan. Malah training ESQ, dengan berbagai fasilitas pendukung; layar LCD yang berukuran lebar, soundsystem yang menggelegar (1000 watt), dan trainer serta ATS yang berpengalaman, sangat memahami betul seting psikologis yang harus dibangun agar penghayatan itu sampai ke perasaan pesertanya.

Sehingga sebuah pemandangan yang biasa saja kalau mayoritas peserta training sampai pada kondisi alpa (ekstase). Mereka menangis, berteriak-teriak, bahkan histeris. Mengapa? Karena ada seting psikologis yang diadakan untuk memungkinkan penghayatan itu terjadi.

Kedua, saya sepakat bahwa materi yang disusun oleh Ary Ginanjar Agustian tidak berbeda jauh dengan materi psikologi kepribadian, pembangunan mental, dan sejenisnya, yang sudah ditulis oleh orang-orang sebelumnya, misal, Danah Zohar dan sebagainya. Bedanya, Ary Ginanjar meracik dan mengemas materi tersebut berangkat dari nilai-nilai Islam.

Namun ada persoalan lain yang menjadi perhatian saya, perlu dicatat sebagian besar kisah yang diangkat Ary Ginanjar dalam bukunya merupakan succes story (kisah sukses) orang-orang. Misal, kisah sukses pengusaha, karyawan dan lain sebagainya. Menyebarkan kisah sukses memang perlu dilakukan, sekurang-kurangnya agar menjadi sumber inspirasi bagi yang lain. Hanya saja, saya membaca kalau Ary Ginanjar kurang memasuki tema-tema faktual, misal, bagaimana seorang karyawan yang gajinya di bawah UMR dan satndar Kebutuhan Layak Hidup (KLH). Ary Ginanjar sama sekali tidak memasuki tema itu. Ia hanya menyampaikan, kalau sedang bekerja, maka kerja itu akan bernilai lebih ketika ditujukan sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan.

Persoalannya, apakah hanya dengan melandaskan niat bekerja sebagai ibadah kepada Tuhan, lantas kesulitan ekonomi atau kehidupan si karyawan bersangkutan akan selesai? Saya rasa tidak. Justru saya melihat Ary Ginanjar sedang mensublimasikan keluhan atau kekurangan di kehidupan nyata, ke arah spiritualitas dan tentunya, iming-iming kehidupan akhirat akan semakin baik. Dalam konteks ini, kritik Marx bahwasannya agama adalah candu, cukup tepat dijuruskan.

Ketiga, mari imajinasikan bagaimana kalau Anda berada pada posisi sebagai pemilik perusahaan? Tentu saja Anda akan sangat beruntung dengan adanya training ESQ. Mengapa? Karena kerja para karyawan Anda menjadi semakin profesional, loyal, dan bahkan ikhlas. Sehingga saya membaca Ary Ginanjar tak ubahnya sebagai tukang stempel dari pemilik perusahaan yang menghendaki good corporate perfomance, melalui sublimasi kerja sebagai ibadah kepada Tuhan.

Keempat, sebenarnya gagasan ESQ tak ubahnya seperti gagasan-gagasan Chicken Shoup dan berbagai gagasan penggugah semangat. Tradisi seperti ini sangat menjamur di Amerika sebagai kampium pragmatisme. Karena sebenarnya apa yang dikembangkan adalah filsafat pragmatisme, how to, yang tentu saja menawarkan atau menyajikan sekelumit tips bagaimana agar kita menjadi sukses, saleh, dan semacamnya. Singkatnya, ESQ merupakan produk spiritual yang ready to be used yang tentu saja sifatnya instan.

Kelima, pernahkah Anda mendengar hadist Kadal faqru an yakuuna kufran, yang artinya sungguh orang faqir (miskin), seringkali menjadi kufur (tidak beriman, tidak saleh, dan sebagainya). Ketika saya memahami hadist ini, sebenarnya Nabi sangat membaca adanya korelasi antara kondisi ekonomi seseorang dengan tingkat ibadah atau pengabdiannya kepada Tuhan. Saya melihat ada hambatan struktural (ekonomi) yang membuat orang miskin menjadi lebih sulit untuk menjadi saleh daripada yang sudah sejahtera.

Dalam konteks ini, saya ingin mengkritik bahwa seharusnya selain memfokuskan kepada keindividualitasan, gagasan ESQ juga menyoal hambatan struktur itu sebagai salah satu masalah yang melatari mengapa seseorang tidak/kurang saleh. Memfokuskan perhatian hanya pada individu saja, artinya secara paradigmatik ESQ adalah liberal. Untuk lebih memahami masalah paradigma, silahkan Anda baca “Ideologi-ideologi Pendidikan”, buku sangat tebal ini diterbitkan Pustaka Pelajar.

Keenam, saya tidak menutup mata bahwa Ary Ginanjar membuka training gratis, mengeluarkan amal bagi korban bencana, beramal bagi kaum dhuafa, dan lain sebagainya. Pada sisi lain, saya juga tidak menutup mata kalau sebenarnya training ini merupakan bentuk industri spiritual. Sekurang-kurangnya, Ary Ginanjar sudah mematenkan materi, modul, bahkan sampai logo ESQ. Hak paten kalau kita baca, misal dalam buku, “Stop WTO” atau film dokumenter “Why WTO Bad For You” merupakan salah satu dari sekian cara dalam rangka mengkomoditikan hasil olah pikir atau pemikiran seseorang.

Seorang Alumni 165—sebutan untuk alumni training ESQ—di Surabaya memberi komentar bahwa hak paten yang dilakukan itu justru menghambat orang lain untuk menerapkan/menyampaikan gagasan ESQ ke masyarakat luas. Di Surabaya ada training SMS yang diadakan gratis, materinya mirip ESQ, responnya bagus oleh pesertanya, tapi oleh ESQ sempat dituntut, karena dianggap menyalahi hak cipta. Meski akhirnya, tuntutan tersebut tidak diterima karena materi ESQ itu universal dan siapa saja boleh memakainya.

Ketujuh, Anda menutup mata kalau pada dasarnya biaya training ini memang terlalu mahal. Mulai dari 500 ribu rupiah sampai 2,5 juta rupiah. Tentu saja Anda akan membela bahwa harga tersebut sebanding dengan apa yang diperoleh peserta ditambah apa sulitnya mengeluarkan uang sebesar itu untuk ibadah. Saya rasa argumen tersebut sangat apologetis. Padahal, seperti cerita saya di muka, kalau sekedar ingin membuka perasaan serta hati Maba atau peserta, berdasar pengalaman, saya tidak memerlukan sekelumit fasilitas mewah. Bahkan benar, komentar seorang Alumni 165, bahwa biayanya lebih mahal dari ibadah haji. Hitung saja, dengan asumi biaya haji 40 juta. Dibagi 30 hari dengan berbagai fasilitas, mulai dari paspor, visa, hotel, makan, dan sarana lainnya. Jika Anda masih kurang percaya, silahkan ketik “ESQ Mahal” pada mesin pencari Google. Anda akan menemukan data dari berbagai kesaksian orang yang menyatakan hal yang sama.

Kedelapan, untuk mengetahui secara pasti motif Ary Ginanjar, apakah sedang berusaha membangun dakwah modern atau berbisnis, silahkan—kalau Anda mampu—akses margin pemasukan, pengeluaran serta laba dari training tersebut. Kalau ternyata data tersebut tidak pernah di-share ke publik, maka menjadi jelas bahwa motif berbisnis lebih besar daripada dakwah modern dengan multi-medianya. Ketertutupan margin pemasukan, pengeluaran dan sebagainya selaras dengan prinsip korporatisme (perusahaan). Mengapa? Karena hal tersebut adalah rahasia dapur perusahaan serta kunci keberhasilan usaha. Bandingkan dengan sistem koperasi yang membuka dari margin pemasukan, pengeluaran, laba, gaji karyawan, dan lain sebagainya.

Demikian kritik lengkap saya terhadap ESQ, training ESQ, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Ary Ginanjar dan ESQ-nya. Dan jangan lupa, Ary Ginanjar ikut terlibat mengkampanyekan salah satu calon gubernur di Jawa Timur. Yang tentu saja, beliau sudah menghitung kemampuannya dalam rangka memperoleh suara (vote getter). Dengan fakta ini, saya ingin menunjukan bahwa Ary Ginanjar hanyalah orang biasa, yang tidak terbebas dari motif-motif duniawi. Sehingga, tidak perlulah cemas untuk mengkritik Ary Ginanjar berikut gagasan-gagasannya. Berbeda dengan itu, justru rata-rata Alumni 165 mengidolakan serta mengkultuskan sedemikian rupa sosoknya. Alhasil, Ary Ginanjar berikut gagasannya seakan-akan sakral dan anti kritik. Dalam konteks demikianlah saya ingin mengajak Anda untuk meletakan diskusi ini secara proporsional dan jauh dari sikap apologetik yang dangkal. Demikian tanggapan balik saya. []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

16 comments :

Rizky mengatakan...

pertama : saya terpingkal2 ketika menganalogikan kontemplasi maba dengan acara ESQ... ini persis dengan 2 kejadian yang saya temui tidak lebih dari dua bulan yang lalu.... seorang yang sudah selesai ikut training 2 hari dengan kepolosan hatinya bertutur "dulu saya mengira ESQ adalah acara perenungan diri, ternyata bukan, sama sekali berbeda dari apa yang saya bayangkan sebelumnya..."

ESQ tadinya adalah training yang dikonsep untuk para eksekutif, pebisnis dan kalangan dunia usaha, tetapi karena kepedulian Pa Ary, bahwa bukan hanya kalangan dunia usaha (karena background pa ary adalah pengusaha) makanya dibuatkah konsep kelas-kelas lainnya, untuk umum, mahasiswa, pelajar, dll...

perbedaan mendasar lainnya adalah soal kesinambungan outputnya... disaat para presidium menyeleaikan LPJ kegiatan penerimaan maba, ESQ telah berbuatlebih dari itu, membuat jaringan nasional yang 28 oktober kemarin megadakan konsolidari dari seluruh indonesia dan membuat aksi nyata untuk indonesia emas... saya bangga di negeri ini masih ada sekelompok anak muda dari sluruh penjuru, yang berkumpul bukan untuk membanggakan argumendiri, bukanutuk berdemo, bukan untuk mengkritisi, tapi untuk beraksi

Rizky mengatakan...

boleh jadi postingan mas firdaus memang sangat sistematis... sayang, sayang amat disayang bukan berdasar fakta, hanya asumsi pribadi...
saya lebih suka dengan komentar Pa Waidi, pengajar di magister manajemen... "Ary Ginanjar berhasil mengawinkan antara ilmu pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan umum... ini yang selama ini kita lupakan dan kita pisah2kan"

saran saya ikutlah training ESQ, baru 2 hari yang lalu saya berjumpa dengan aktivis kampus dari sumatrea utara, sebelumnya dia hanyalah mahasiswa penuh persepsi, lebih parah dari Anda, namun setelah ikut, berdialog dengan trainer, dia menemukan sudut pandang lain dan dia mengatakan "saya ikut, menjadi bagian, perjuangan mewujudkan indonesia gemilang seperti cita2 ESQ"... kalau anda mau, hubungi saya di 085647675165, kalau masalahnya biaya.. saya bayari anda 100% untuk ikut tanggal 28-29 nov besok... sungguh saya miris, dari 2 postingan mas, saya punya 1 kesimpulan besar, saya memahami sudut pandang dan cara berpikir anda, namun anda tidak memahami ESQ secara kontekstual...

soal buku ESQ hanya mengangkat kisah sukses dan tidak ada kisah orang2 miskin...
ini seperti seorang buta meraba kaki gajah yang langsung buru2 menyimpulkan kalau yang dia raba adalah tiang listrik, bukan kaki gajah

di trining ESQ ada 7 budi utama yang sekarang sudah tersebar internasional,dan butir ke 7 adalah PEDULI...
di ESQ ada pemaknaan suara hati manusia yang merupakan percikan dari asmaul husna, dan salah satu namanya adalah Allah Tuhan Yang Maha Peduli (As Sami')...
bukan sebatas itu materi dukupas... namun ada materi yang mengajak kita untuk menyuarakan suara hati yang dimiliki setiap manusia secara menyatu., tidak terpisah2... diistilahkan dengan suara hati, satukan! atau berpikir melingkar...

jadi keliru kalo pa Ary hanya mengajak kita kepada 1 sudut pandang saja... Pa Ary selalu mengajak kita berpikir melingkar, menyeluruh

Rizky mengatakan...

ketiga... menjadi aneh kalo isi ESQ adalah membuat karyawan tetap semangat bekerja walau gaji tidak memadai dengan iming2 di akhirat masih ada balasan surga...

disesi hari kedua pagi amat jelas disampaikan kepada peserta akan indahnya surga dunia.... balasan bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia...

makna keikhlasan dan ketulusan yang disampaikan di ESQ tidak sesederhana menyublimasi kerja sebagaii bentuk ibadah... ini sama sekali bertentangan dengan real materi training

Rizky mengatakan...

keempat : justifikasi yang mengatakan gagasan ESQ tak ubahnya seperti gagasan pengguggah semangat lainnya amatlah tidak berdasar dan tidak relevan dengan yang senyatanya... penjang bila dijelaskan...

dua hal saja yang ingin saya sampaikan bahwa ESQ berbeda dan tidak hanya menghasilkan output instan. pertama : disaat training semamacam sevenhabit dan dale carnegie tidak diterima di perusahaan mutinasional petronas malaysia, ESQ justru diijinkan masuk dan berulang kali training diadakan disana... bukan hanya itu ESQ mendapat skor 4,5 dari skala tertinggi 5

kenapa penulis beranggapan seperti itu, saya mengira karena Anda hanya berpersepsi dari satu sudut tentang ESQ... bagi Anda ESQ adalah training penyentuh hati, padahal yang senyatanya tidak demikian, ada panduan lengkap tentang pengembangan diri dengan referensi dan pemaknaan yang demikian mendalam namun tetap aplikabel

kedua : ESQ merangkul para alumninya untuk membuat satu gedung bersama bernama menara 165, dan luar biasanya, ESQ sendiri tidak mengambil bagian apapun di gedung itu... seluruh dana dari ESQ berbentuk wakaf dengan nama yayaasan : yayasan wakaf bangun nurani bangsa... gadung ini dirancang sebagai tempat interaksi antar alumni untuk terwujudnya visi indonesia gemilang 2020.. dan bukan hanya itu gedung yang dirancang untuk kegiatan produktif ini nantinya akan mencupport penuh penyelenggaraan training2 gratis untuk kalangan pendidik, kesehatan, dhuafa dan lain-lain...

jadi ESQ bukanlah produk instan yang setelagh training ssemua selesai. belum lagi seluruh alumni ESQ boleh masuk dan ikut training lagi kapan saja dan dimana saja tanpa dipungut biaya lagi.....

yang anda tidak pernah pahami... ESQ dulu diberikan gratis di masjid2... untuk warga umum...biaya merogoh kocek kantong pribadi pa ary yang memang basicnya pengusaha... namun demikian, respon orang terhadap penyuluah gratis memang memprihatinkan, karena itulah pa ary merancang strategi baru agar materi bisa diterima dengan baik... .

dan ini berkaitan dengan tuntutan anda terhadap keterbukaan keuangan... seandainya anda melihat figur pa ary dari dekat dan dari orang2 dekatnya... anda tahu, mobilnya, vilanya dan pendapatannya semua sudah diwakafkan untuk perjuanagn ESQ mewujudkan visi indonesia emas 2020.... ada begitu banyak bisa anda lihat pa ary ta kalah bersahaja dengan aa gym....

lalu untuk apa beliau menumpuk harta dari pendapatan ttraining? padahal anda tau beliau mendapat gelar yang sama setahun sebelum tung desem waringing yakni sebagai the most powerfull people in bussinees and idea... seandainya motivasinya materialistik, pa ary punya sejuta ide bisnis lebih menjanjikan yang bisa mengalahkan posisi aburizal bakri sebagai orang nomor 1 di negeri ini... Demi Allah... pa ary tidak lakukan itu... pa ary sudah mewakafkan dirinya untuk perjuangan... hidupnya hanya ditopang oleh fasilitasnya sebagai trainer dan usaha yang dia buka bersama keluarga, rumah makan kecil dan salon kecil... anda tidak percaya? carilah faktanya silahkan

Rizky mengatakan...

Memfokuskan perhatian hanya pada individu saja, artinya secara paradigmatik ESQ adalah liberal.....

anda benar...

tapi tolong jelaskan pada saya darimana anda melihat ESQ hanya memfokuskan perhatian pada individu saja...

bangun ESQ model menyatakan jelas pada kita apa itu personal strenght dan social strenght

ada juga di bab strategic colaboration dijelaskan apa itu personal obligation symbol dan social obligation symbol....

anda terlalu dini memvonis liberal... tolong koreksi, gunakan fakta yang benar, bukan persepsi... saya beri kesempatan dan biaya untuk mendapatkan fakta2 yang anda butuhkan utnuk menjawab pertanyaan saya ini di training reguler 14 besok dan ada kesempatan penuh anda berdialog dengan trainer disana... tuduhan kosong tanpa fakta bukan hoby saya

Rizky mengatakan...

Di Surabaya ada training SMS yang diadakan gratis, materinya mirip ESQ, responnya bagus oleh pesertanya,


ESQ dulu diberikan gratis... saya pernah lihat video aslinya di tahun 2000, apa hasilnya? memprihatinkan... apa parameter bagus menurut anda bung?

kemudian soal menghambat pengemaban materi... anda tahu pa Abdulrohman, dosen agama anda di fisip... saya pernagh mengundang beliau mengisi pelatihan guru di purbalingga... materi yang dibawakan hampir sama dengan sebagian materi ESQ... tidak ada masalah, tidak ada larangan? apa karena pihak ESQ tidak tahu? pihak ESQ tahu.. tapi karena amemang yang dipatenkan adalah metologinya... ada teknik khusus trainer yang tidak bisa dibawakan oleh sembarang orang... perlu latihan berbulan bahkan bertahun...

coba saja anda ikuti trainingnya untuk membuktikan kebenaran commment saya ini

kalao memang keluar dari ruangan training anda bisa membawakan materi ESQ persis seperti apa yang trainer berlisensi bawakan, maka bantahan anda tentang kenapa esq berlisensi akan terjawab...




sekali lagi soal sejarah awal mula ESQ... trainig ESQ dikonsep di awal bukan sebagai alat bisnis... namun sebagai aksi sosial pa ary yang saat itu pebisnis yang tergerak hatinya untuk ikut membenahi moral bangsa, anda bisa simak kebenaran kata2 saya ini di video reportasi awal mula ESQ berdiri... pa ary orang yang full ide dalam berbisnis, seandainya motifnya bisnis, bila anda sudah melihat video rekamannya, anda akan langsung berkata... kalau memang motifnya bisnis, pa ary akan garap hal lain, bukan training SDM semacam ini

Rizky mengatakan...

soal mahalnya biaya training sudah saya jawab di komentar postingan anda yang lain... 5.000 seklao training 2 hari dengan 2x makan dan 4x snack... saya sampai bingung darimana hal itu mahal... dan itu bkan cuma kesempatan istimewa untuk saya,tapi untuk siapa saja, semua punya peluang yang sama

alumni 165 gratis mengikuti training, mencari saudara baru, berdialog dengan trainer kapan saja dimana saja ada training lagi

saya justru tertarik menyoroti soal keberjenjangan islam, iman dan ihsan... dalil yang anda pahami parsial.

ESQ mengikuti konsep esensi ibadah haji , yakni wukuf, thawaf, dan barulah sa'i/

ya... mengenal jati diri di dalam hati, kemudian membangun prinsip mental, kemudian beraksi nyata

one value, six principle, five action

1 ihsan, 6 arkanul iman, 5 arkanul islam

1 hati, 6 prinsip, 5 langkah

mengenal jati diri di gua hiro, membangun prinsip tauhid 10 tahun di mekah, membangun peradaban 13 tahun di madinah

idul fitri, idul adha, tahun baru hijriyah

wukuf artinya mengenal (hati), thawaf mengelilingi ka'bah yakni bangunan yang dibangun nabi ibrahim sebagai lambang cinta tertinggi kepada Allah melebihi cinta kepada anaknya (ismail) sehingga ia disembelih (prinsip Tauhid), sa'i berlari2 kecil simbol aksi kita tiada henti

Rizky mengatakan...

Kedelapan, untuk mengetahui secara pasti motif Ary Ginanjar, apakah sedang berusaha membangun dakwah modern atau berbisnis, silahkan—kalau Anda mampu—akses margin pemasukan, pengeluaran serta laba dari training tersebut.

anda tidak bertanya... untuk apa laba training tersebut digunakan?

anda tahu, seluruh keuntungan pendapatan dari merchandise dan pernak-pernik ESQ diwakafkan...

anda tidak tahu, kalau mobil pribadi dan vila pa ary diwakafkan

anda tidak tahu, kalau wasiat pa ary ketika beliau meninggal nanti cukup minta istri dan anaknya diberi gaji 2-3 juta asal jangan terlantar

anda tidak tahu kalau nama pa ary sudah dikonversikan jadi pinjaman seniali 70 milyar, bukan untuk kekayaan dirinya, tapi untuk gedung yang dibangun bersama para alumni yakni menara 165 yang saat ini sudah mulai dipakai untuk keghiatan2 produktif...

kalau nama nya saja sudah dipinjamkan untuk kemaslahatan bersama, maka saya bertanya, masih adakah sisa tabungan di rekening pa ary yang belum digunakan untuk membantu perjuanagn mewujudkan visi indonesia emas, indonesia berakhlak....

tuduhan anda tidak akan membekas di hati pa ary sedikitpun, namun sungguh itu sangat menyakiti orang2 yang memahami fakta yang sebenarnya tentang pa Ary, tentang perjuangan mewujudkan visi indonesia berakhlak... kecuali tuduhan anda punya dasar faktual yang tidak parsial

Rizky mengatakan...

mengkultuskan pa ary?

demi Allah, saya dan banyak alumni lainnya tidaklah demikian... beberapa kali saya berjumpa langsung dengan belau... tidak ada cium tangan, tidak ada kekaguman berlebihan

tatapan pa ary rendah hati, mukanya lembut bebas persepsi, dihadapan beliau tidak ada pandangan bagi saya kalau pa ary adalah orang hebat, orang luar biasa... saya berkomunikasi dengan pa ary seperti berkomunikasi dengan sahabat... ada kedekatan yang tidak dibuat2... tidak ada jarak... kami sama, duduk di karpet yang sama, makan makanan yang sama, berdialog dengan intonasi yang sama.... saya sudah keliling ke banyak kota, jakarta, semarang, jogja, dan bertemua beliau dan para alumni... belum pernah saya menemukan alumni yang mengkultuskan beliau dalam skala kecil sekaliber mengkultuskan aa gym sekalipun... belau orang biasa... koreksi dan kritik, selalu terbuka

Rizky mengatakan...

mas firdaus yang disayang Allah... jadilah sahabat saya, mari kita lanjutkan diskusi kita setelah Anda mendapat fakta yang lengkap (bukan sebatas persepsi) tentang apa itu ESQ... dengan segala kerendahan hati sambutlah tawaran saya, kita bertemu di ruang training ESQ 28-29 nov nanti, kita berdialog pula dengan trainer... dan pada saatnya nanti ,kita bersama-sama pertemu dengan pa ary... anda akan saksikan... untuk apa orang selugu pa ary membawa kepentingan/misi terselubung.... untuk apa seorang ary ginanjar mengais penghidupan dari training padahal dia the most powerfull people in bussiness yang diakui negeri ini... anda akan saksikan betapa kuatnya persaudaraan diantara sesama alumni ESQ maupun anatra alumni dengan yang belum alumni...
sungguh, Demi Allah komentar2 saya adalah bentuk cinta saya kepada sesama... tiada kepentingan apapun. saya tunggu kesediaan anda di 085647675165.... biarlah adikmu ini yang menanggung biaya registrasinya... tidak jadi soal bagi saya

el-ferda mengatakan...

terima kasih komentar panjangnya,

ya, saya juga bisa memahami sudut pandang anda ketika menulis komentar ini. dan saya hanya berdoa, semoga semua itu benar, kesaksian dari alumninya.

by the way, kayaknya anda tidak memberi komentar pada komentar saya kasus hal. 101. saya sudah menunjukan kalau sistem berfikir Ary Ginanjar ketika berkomentar Marx atau Marxisme adalah salah. mengapa saya berani menyimpulkan? saya kuliah di jurusan sosiologi fisip, pemikiran marx, mulai dari klasik sampai revisionis (madzhab frankfurt) kami pelajari dalam tradisi ilmiah. bila anda tak percaya, silahkan baca literatur-literatur tentang Marxisme. (itupun kalau anda tidak alergi lho ...)

terus komentar anda "satu sebab dari belenggu adalah literatur", bisa iya, bisa juga bukan. justru saya tanyakan balik ke anda, jangan-jangan anda hanya membaca satu literatur (paradigma atau madzhab berfikir) saja.

tawaran anda mau membayar registrasi saya untuk training ESQ, saya haturkan banyak terima kasih. nuwun.

NB: secara umum saya belum punya komentar lain. mungkin publik pembaca bisa urun rembug?

widyastuti mengatakan...

Asslkm. mas firdaus, saya sungguh prihatin dengan komentar-komentar anda tentang ESQ. Mudah-mudahan sdr. Rizki benar bahwa komentar yang anda berikan adalah hanya berdasarkan presepsi. Di ESQ diajarkan bahwa salah satu yang dapat membelenggu kita adalah presepsi, apalagi kalau presepsi itu salah karena tidak berdasarkan fakta.
Sering diibaratkan bahwa training ESQ adalah ibarat makan duren. Kita tahu duren itu enak, tapi kita tidak bisa menceritakan ke orang lain bagaimana rasanya duren. Manis, gula juga manis. Legit, jenang ketan juga legit. Jadi, kalau undangan sdr. Risky tidak ditanggapi, sekali lagi dengan segala kerendahan hati saya mengundang sdr. firdus untuk ikut training ESQ reguler 14 ikut "mencicipi duren" tanggal 29 - 30 Nov di gedung Soemarjito.Tapi kalau toch sdr. firdaus tidak mengindahkan ajakan ini kami tidak berkecil hati koq. Seperti tertulis di atas bahwa untuk training besok adalah reguler 14, itu artinya di Purwokerto, ini sudah dilaksanakan training ESQ untuk umum sebanyak 13 kali. Belum yang training untuk remaja dan mahasiswa.Ini Baru di Purwokerto, belum di kota-kota lain. Perlu diketahui bahwa dalam 1 bulan, lebih kurang ada 100 even training ESQ di seluruh Indonesia, bahkan sudah sampai di luar negeri. Itu artinya bahwa training ESQ sudah sangat diterima oleh masyarakat. Kalau sdr Firdaus ingin mengetahui perkembangan ESQ dari waktu ke waktu, bisa baca Harian Republika, sedtiap hari selasa. OK, mas firdaus, sampai jumpa nanti tanggai 29 di Gd Soemarjito.
Wassalam,
widyas

Rizky mengatakan...

mas firdaus yang disayang Allah... seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tidak mau mengomentari postingan2 anda dulu hingga anda ikut training... saya berharap anda tidak menolak tawaran saya ini hanya karena gengsi... sungguh, wawasan anda akan bertambah seburuk apapun ilmu dari training esq... kalau anda mau menerima tawaran saya... tidak usah gensi... saya orang hina... sekalipun anda merasa rendah bila menerima tawaran saya ini, demi Allah bisa jadi saya jauh lebih rendah, teramat rendah... saya tida ada apa apanya dibanding anda...

dua hal ingin saya sampaikan : soal karl marx tolong bisa dijelaskan lebih explisit dengan bahasa awam agar saya bisa memahami dimana kesalahan pa ary dan dimana kebenanran marx... tentu kalo pa ary salah akan saya sampaikan melalui orang2 terdekat yang memungkinkan saya hubungi... pa ary bukan wali apalagi nabi, tentu penuh luput dan keliru

kedua soal saya hanya dari satu madhab... insyaallah tidak... saya tidak mengkultuskan esq, saya sangat terbuka dari banyak bacaan, pelatihan dan referensi ilmu lainnya... saya punya guru bisnis, guru sosial, guru spiritual, guru akademik, guru filosofi hidup, banyak lagi. satu yang diajarkan dari esq, sejak saya ikut esq 2005 lalu semangat saya menambah khasanah ilmu dan sudut pandang paradigma hidup melesat tajam... esq seoalh olah mengoprak-oprak saya untuk cari ilmu yang banyak, dari mana saja, jangan pilih2, sungguh, ini bukan dalih... untuk apa berdalih.... apa untungnya bagi saya....

mas firdaus saya tunggu di 085647675165 kesediaan anda ikut training.... bukankah anda tidak membatasi wacana madhab dan literatur anda... saya menawarkan ini karena saya sangat menghormati anda... dari hati terdalam, bukan semata produk how to, sikap ramah yang dibuat2...

el-ferda mengatakan...

salam sejahtera,

terima kasih saya haturkan sekali lagi untuk rizky dan widyas yang sudah mengundang saya ke training ESQ. beberapa hari terakhir agenda saya cukup padat dan bikin under presure. sekarang baru sempat untuk nengok blog lagi.

untuk perihal training, sama sekali saya tidak keberatan. alamat saya di jl. cendrawasih gg. kutilang no. 48 rt. 3/ rw. vii grendeng. mungkin rizky bisa mampir sekaligus untuk diskusi lebih intensif.

soal komentar ary ginanjar terkait marxisme. sebenarnya pada titik ini ary ginanjar saya rasa mengalami--meminjam bahasa ESQ--kebelengguan perspektif. bisa jadi beliau kadung apriori terlebih dulu sebelum membaca dan mengkaji lebih jauh pokok pikiran karl marx atau marxisme.

perlu diketahui, saya concern di the thought of islam, critical social theory dan cultural studies. hal ini perlu saya ungkapkan agar tidak ada kesan kalau saya sedang mengajukan pembelaan terhadap Marxisme. untuk lebih terangnya, silahkan rizky baca judul "Menghindari Determinisme Perspektif" dan beberapa judul lainnya. (Ketik Marx di search engine blog saya).

sampai batas tertentu saya mengkritik Marxis--para pengikut Marxisme--ketika meletakan Marxisme seperti "kitab suci" yang antik kritik.

untuk lebih jelasnya, saya undang rizky ke tempat saya. sembari santai kita bisa belajar satu sama lain. sekurang-kurangnya, inilah tujuan saya menghadirkan ruang publik sebagai proses artikulasi gagasan, dinamisasi pemikiran, dan share pengalaman.

salam hangat,

firdaus putra
[085647788101]

anisa karismaulia mengatakan...

Assalamu’alaikum..

dear teman-teman…

saya juga Alumni ESQ Mahasiswa . Tahun 2006.

Sampai sekarang, saya masih sangat dan akan terus bersyukur telah mengenal dan bertemu dengan Pak Ary plus apa yang dibawakannya (*ESQ).
Mulai dari training itulah, saya akhirnya menyadari (baca: LEBIH NGEH) bahwa memang benar Allah itu “menjadi” Tuhan kita, tidak hanya pada saat kita sholat, baca qur’an, puasa dsb. Namun, Allah juga menjadi pusat orbit kehidupan kita sehari-hari. Contoh dalam berkuliah atau saat bekerja sekarang ini, bila orbit hati kita pada Allah. Apapun yang kita lakukan pasti kita berusaha melakukannya dengan cara terbaik dan rasanya hati ini plong, karena kita SADAR melakukan segala sesuatu karena Allah dan hanya berharap pada ridhaNYA. Selain itu melalui training ini, saya juga semakin NGEH, mengapa idola itu harus Rasulullah. Pemahaman ini dikemas dengan sangat apik, sehingga kita bisa belajar memahami agama kita terutama diri kita, bukankah ada hadist yang berisi: siapa yang memahami dirinya, dia mengenal Tuhannya.

Dan jangan dikira, perasaan hati yang ikhlas ini tidak memiliki pengaruh terhadap kondisi keuangan kita, kondisi kesehatan, dsb. ADA pengaruhnya. Sebagai contoh, Saya mencoba mempraktekkan selama kuliah saya, melakukan berbagai ‘eksperimen’ selama kuliah, dengan bersungguh-sungguh kuliah karena Allah (diniatkan dalam hati) Subhanallah IPK semester saya saya tiba2 cumlode akhirnya. Allah memberikan lebih dari apa yang saya kira. Namun ketika dalam proses itu saya menjadi ‘biasa’ saja. Hati yang ‘biasa2′ saja, menghasilkan yang ‘biasa2′ pula. Bila kita (A) ingin mendapatkan (B) kenapa kita ga sekalian mikirin C (akhirat, hasil akhir bahagia) biar C kita dapat, otomatis B juga bisa kita dapat? Related dengan ini mungkin bisa dipelajari lagi dalam Quantum Ikhlas. Semoga kita semua, dapat terus mengaplikasikan ilmu ikhlas (baca: syukur, tenang, bahagia,fokus, sabar).

Kita harus mengetahui apa sebenarnya yang menjadi tujuan hidup kita, dan banyak orang mendapatkannya mulai dari hal sederhana yang dia temukan dalam perjalanan hidupnya, atau bisa melalui sebuah proses tertentu *katakanlah training seperti ini. Terlepas bagaimana hidayah itu didapatkan, yang jelas ada Allah dibalik semua ini. Dia yang mengatur proses ini.

Alhamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah. Terima Kasih untuk pemilik blog dan para sahabat yang telah berbagi rasa hatinya. Mari kita semua memulai hari dengan bersyukur kepadaNYA. Dia yang kita cintai.

Salam kasih,
^_^
Nisa

anisakarismaulia.blogspot.com

Arayniri Juwono mengatakan...

punten..ikutan nimbrung..

ESQ itu netral..
ESQ bukan lembaga agama..
ESQ seperti oksigen ..

di bdg baru beberapa bulan kmren mengadakan training gratis untuk 1000 anak jalanan&yatimpiatu loh..

universitas di bdg tiap angkatan baru masuk diberi training ESQ ..
Politeknik Telkom
IT Telkom
Politeknik Bandung
IPDN
Stiker Bakti Husada
Unpad(hanya fakultas sosial klo gg slah,lupa eui)

just info ^^

krn klo unk ngomong pke bhs fisip saya kurang ngerti ..saya krg pham pemikiran Marx sapa itu??hehehe..basic saya IT soalnya ..

intinya mah cuma

Feel The Experience :)