Lebih Produktif


Oleh: Firdaus Putra A.

Para pengkhotbah menyampaikan ke kita, janganlah bermalas-malasan ketika bulan puasa tiba. Bahkan kalau bisa, lanjutnya, kita harus lebih produktif dari bulan selainnya. Puasa adalah bulan riyadloh, melatih disiplin, keimanan, juga ketahanan fisik.

Sampai tanggal ini, 9 September 2008, kita sudah memasuki hari ke sembilan bulan puasa. Bisa kita sebut sebagai minggu pertama bulan puasa. Minggu dimana tubuh, ritus keseharian mengalami goncangan. Di situ pula, kita harus melakukan re-schedulling segala tetek-bengek kehidupan. Sarapan tadinya pukul enam atau tujuh, saat puasa diawalkan tiga-empat jam. Makan tadinya tiga kali. Di bulan ini, hanya dua kali (belum terhitung cemilan atau snack dan ta’jilan).

Tidak hanya makan, tidur pun berubah. Bagi yang jarang qiyamullail, bulan puasa memberikan pengalaman baru. Udara dini hari yang dingin menusuk kulit. Bangun tidur, yang rasanya begitu rupa malasnya. Langsung makan sehabis bangun tidur. Serentetan ritual baru yang bisa jadi membosankan kalau berlangsung teru-menerus.

Sehabis makan pagi, sebutlah sahur, kita tunaikan ibadah salat. Selepas itu, bagi yang berkepentingan, biasanya akan melanjutkan berlabuh di pulau kapuk. Sampai saatnya tiba, alarm akan berbunyi membawa pesan kehidupan siang baru akan dimulai. Dengan agak ogah-ogahan kita akan bangun. Mengerjap-ngerjap, atau justru selimut kita tarik lagi. Intinya, kita begitu tak rela melepas kehangatan kasur berikut bantal gulingnya.

Bagi yang kelupaan, sebangun pagi, segelas air putih akan ditenggak. Ups ... Untunglah logika hukum sangat mengerti fakta kemanusiaan. Dimana orang lupa dan tak sadar, terbebas dari segala tuntutan hukum. Apa yang akan terjadi bila hukum tak punya toleransi seperti ini?

Hari-hari kita lalui seperti biasa. Selain ada perubahan di berbagai titik; tidak boleh minum meski hausnya tak ketulungan. Tak boleh makan atau ngemil biarpun maag kumat. Juga tak boleh marah-marah meski ingin sekali menyerapah. Semua yang berhubungan dengan keinginan, mau tidak mau kita tundukan. Ya, sekali-kali berlatihlah menahan diri, ingat, sekali-kali.

Tubuh yang saban harinya disuplai air dan karbohidrat menjadi lemas karena pasokan diembargo. Yang biasanya kita mampu nglembur kerja, sekarang tidak (terlepas dari adanya aktivitas tarawih lho ya ... ). Yang tadinya jam satu siang masih sehat wal afiat, saat puasa, jam satu siang rasanya sangat mencekam. Sehingga menjadi ironi ketika menuntut lebih produktif di bulan puasa.

Bukannya tak mau kehilangan kesempatan dalam menunaikan ibadah (muamalah), tapi, menuntut orang yang berpuasa untuk lebih produktif adalah tak masuk akal. Bisa jadi di luar tapal batas yang digariskan. Mungkin akan berlebihan kalau terlalu produktif di bulan ini. Nampaknya, kita menjadi sosok yang benar-benar lain, ya seperti Superman lah, yang bisa ngapa-ngapain dalam kondisi yang apapun.

Saya tak pernah membayangkan apa yang akan terjadi ketika saya mencoba berlari mengelilingi lapangan sepak bola. Pingsan kah, serangan jantung, atau dehidrasi akut? Yang jelas, menuntut seorang atlet untuk melakukan itu di siang/sore hari, nampaknya juga memaksa melampaui keterbatasan yang pada dasarnya nyata. Mau tidak mau, di bulan ini, para atlet banyak istirahatnya atau pindah tayang, bila memungkinkan.

Namun ada cara lain, apa yang dilakukan oleh para kuli bangunan ketika bulan puasa? Ya tetap saja bekerja. Dan ada sebagian (besar) tentu saja tidak berpuasa. Tentunya sebagai majikan, kita menuntut kuli-kuli bangunan itu produktif—bahkan lebih produktif—langkah yang paling jitu ya dengan membolos puasa. []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :